Minggu, 31 Januari 2016

JESSICA DI TANGKAP













Merdeka.com - Kasus kematian Wayan Mirna Salihin sepertinya akan menemukan titik terang. Hari ini, polisi menangkap salah satu rekan Mirna yang selama ini menjadi saksi, Jessica Kumala Wongso.

Informasi yang dihimpun merdeka.com, Sabtu (30/1), Jessica ditangkap di salah satu hotel di kawasan Mangga Dua Square. "Penangkapan dilakukan pukul 7.45 WIB tadi dipimpin Kanit 4 Subdit Jatanras Kompol Tahan Marpaung," terang Dirkrimum Polda Metro Jaya, Kombes Krishna Murti, kepada wartawan, Sabtu (30/1).

Selama kasus ini diselidiki, Jessica memang sudah beberapa kali dimintai keterangan. Bahkan dari sejumlah saksi, polisi memang terlihat lebih fokus memeriksa Jessica.

Polisi juga menggeledah rumah Jessica. Meskipun dalam sejumlah kesempatan, Jessica menegaskan tak pernah membunuh Mirna.

Mirna meninggal setelah minum kopi di Olivier Coffee. Dia kejang-kejang setelah menenggak es kopi Vietnam yang belakangan diketahui telah dicampur racun sianida.

Jumat, 29 Januari 2016

Jessica Teman Mirna "Kopi" Ahli Kimia?

Jessica Teman Mirna "Kopi" Ahli Kimia?


Jessica Kumala Wongso. Foto: Antara


Meski polisi belum menetapkan tersangka dalam kasus ini, Jessica tersudut dalam opini publik sebagai pihak yang mengetahui banyak hal tentang kematian Mirna. 
Hal ini merujuk pada beberapa fakta, salah satunya Mirna meninggal usai menyeruput es kopi Vietnam yang dipesan Jessica, yang belakangan diketahui kopi tersebut mengandung 15 gram racun sianida.
Fakta-Fakta lain tentang Jessica:
1. Jessica membuang celananya usai kejadian
Jessica berdalih membuang celananya itu karena robek saat membantu membawa Mirna ke Rumah Sakit Abdi Waluyo, Menteng, menggunakan kendaraan milik suami korban seusai kejadian. Celana itu dibuang oleh pembantunya karena dianggap tidak layak lagi dipakai
Penyidik Direskrimum Polda Metro Jaya sempat mencari celana itu saat menggeledah rumah Jessica di Sunter Icon, Sunter, Jakarta Utara, Minggu (10/1) lalu. 
Dalail polisi, pelaku (yang belum ketahui) menyembunyikan racun sianida di celana dalam. Namun, siapa penyimpan dan penuang racun sianida itu ke es kopi Mirna, belum diungkap polisi.
2. Jessica Mengenal Suami Mirna
Polisi menepis bantahan pengacara Jessica, Yudi Wibowo, bahwa Jessica tidak mengenal suami Wayan Mirna (27), Arief. Direktur Reksrikum Polda Metro, Kombes Krishna Murti menegaskan bahwa Jessica mengenal suami Mirna.
Namun, Krishna tidak merinci sejauh mana hubungan antara Jessica, Mirna dan suaminya.
3. Tiga tas menghalangi Jessica dari pantauan CCTV Cafe Olivier
Beredar rekaman percakapan yang diduga pengelola Kafe Olivier. Dia menyebutkan, saat kejadian ada tiga hand bag yang dibawa oleh Jessica menghalangi CCTV, sehingga tidak terlihat apa yang dilakukan oleh Jessica terhadap gelas kopi yang dipesannya untuk Mirna.
4. Jessica berhasil dalam uji kebohongan
Sumber di kepolisian menjelaskan bahwa Jessica sudah menjalani tes kebohongan, namun Jessica bisa menumbangkan pengujian dengan lie detector itu. Jessica Dinilai mampu memanipulasi perasaannya sendiri.
5. Jessica paham tentang bahan kimia
Hasil koordinasi dengan Australia Federal Police (AFP),  Jessica ternyata pernah bekerja di sebuah perusahaan kimia di Australia. 
Hanya polisi yang bisa mengungkap hubungan Jessica dengan kematian Mirna yang merupakan rekan kuliahnya di Autralia itu.

Deretan Bantahan Jessica Terkait Kasus Kopi Maut Mirna

Deretan Bantahan Jessica Terkait Kasus Kopi Maut Mirna

Sejak kasus ini mencuat ke publik, sejumlah pihak seakan 'menuding' Jessica ada di balik kematian tak wajar Mirna. Apa sebab?
Wayan Mirna Salihin (Facebook)
Money.id - Polisi tinggal selangkah lagi untuk mengetahui siapa pelaku pembunuhan Wayan Mirna Salihin (27), yang tewas setelah menyeruput es kopi mengandung sianida di Kafe Olivier, Mal Grand Indonesia, Jakarta Pusat pada Rabu 6 Januari 2016.
Namun, sebelum ada penetapan secara resmi dari pihak kepolisian, azas praduga tak bersalah masih ditetapkan kepada dua saksi mata kunci yang ada di tempat kejadian, yang tak lain adalah dua teman Mirna, yakni Hani dan Jessica Kumala Wongso.
Sejak kasus ini mencuat ke publik, sejumlah pihak seakan 'menuding' Jessica ada di balik kematian tak wajar Mirna. Apa sebab?
Selain karena Jessica tiba lebih dulu dibanding dua sahabatnya di Kafe Olivier, ia juga yang memesankan es kopi Vietnam untuk Mirna dan membayar tagihannya sebelum korban tiba di lokasi.
Meski tuduhan demi tuduhan mengarah kepadanya, Jessica terus menampik bahwa dirinya bertanggung jawab atas kematian Mirna.
"Tidak benar, saya tidak menaruh apa-apa di dalam kopinya Mirna. Alasan saya, kalau ada kecurigaan itu, memang terjadinya seperti itu, saya nggak tutup-tutupi. Saya mau datang duluan (ke Kafe Olivier) karena kan mau menghindari 3 in 1, saya kan jalannya dari Sunter. Dari rumah juga cuma ada saya sama papa saya," kata Jessica dalam wawancara dengan Metro TV.
Menurut Jessica, ide untuk memesan es kopi Vietnam itu memang datang dari dirinya. Namun, tawaran itu berani ia utarakan karena Mirna memang menyukai kopi tersebut.
"Jadi Mirna datang setelah kopinya 15 menit dihidangkan. Jadi nggak sampai 40-50 menit seperti yang media bilang. Memang saya sampai di sana jam 4 kurang 10 menit, tapi saya pesan kopinya jam 4.25 (sore), lalu 10 menit kemudian kopinya dateng," ujar Jessica.
Dalam wawancara tersebut, Jessica juga membantah dirinya buru-buru membayar tagihan kopi Mirna. "Saya nggak buru-buru bayar seperti yang dikatakan. Saya santai-santai dulu, foto-foto sama bartendernya, ya kan teman saya juga belum datang," tuturnya.
Jessica juga menjawab pertanyaan banyak pihak soal alasannya menolak mencicipi kopi yang menyebabkan Mirna meregang nyawa setelah sempat kejang-kejang. Menurut dia, karena punya penyakit lambung, maka ia menolak saat Mirna menyodorkan gelas kopi kepadanya.
"Waktu kopi itu datang, saya kan lihat pelayannya tuang air ke kopinya itu, lalu saya lihat kopinya turun. Lalu masnya bilang, ini kopinya strong banget. Saya ada masalah lambung, sehingga saya takut minum kopi yang terlalu strong," kata dia.
"Lalu waktu Mirna suruh cobain, disodorin ke muka saya suruh cium, saya memang cium itu wanginya kayak pahit banget, black coffee yang kuat banget dan ada wangi asem-asemnya gitu. Jadi saya takut untuk mencoba, kalau saya sakit malamnya kan jadi nggak enak gitu, nggak tahu deh saya bakalan kenapa kalau minum kopi itu," lanjutnya.
Sementara mengenai dugaan bahwa Jessica sengaja datang lebih dulu untuk mengatur posisi duduk agar posisi Mirna 'terkunci' di tengah, ia menjelaskan bahwa itu terjadi tanpa rekayasa.
"Saya juga waktu itu nggak kepikiran mau duduk dimana, tahunya mereka datang Mirna duduk di tengah-tengah, lalu Hani sebelah kanan. Kan itu katanya diatur, padahal itu saya blank nggak tahu mau duduk dimana, duduk di restoran kan dimana aja," ucapnya.
Setelah Mirna meneguh kopi itu dan merasa ada yang aneh, Jessica pun menuju bar untuk meminta air putih. Air datang cukup lama, menurut dia karena pelayan menanyakan beberapa hal seperti ukuran dan merek air minum kemasan yang diinginkan.
Saat tiba di meja mereka, Jessica melihat Mirna sudah lemas. Orang-orang pun panik dan mengerubungi meja mereka.
Saat olah TKP, pelayan Kafe Olivier mengaku bahwa Jessica sempat menanyakan soal kopi tersebut. Namun, hal itu kembali dibantah olehnya.
"Saya dibilang ngomong ke pelayan "Ini kopinya kamu kasih apa?" padahal saya nggak ngomong begitu. Tapi ada dua orang yang bekerja di tempat yang sama bilang saya ngomong begitu, ya sama mau bilang apa," ucapnya.
Jessica menepis semua tudingan yang merebak dan ramai di media sosial. Motif soal hubungan khusus juga dia bantah. Jessica menegaskan bukan pembunuh Mirna.
Setelah pemeriksaan keempat beberapa waktu lalu di Polda Metro Jaya, polisi kemudian mengamankan pembantu Jessica, SR. Alasannya ada keterangan penting yang dimiliki pembantu itu. Namun, polisi tak merinci lengkap soal keterangan penting itu.
Diduga hal tersebut ada hubungan dengan celana panjang yang dibuang oleh Jessica paska kejadian. Celana panjang itu dikenakan Jessica saat reuni ketiga sahabat semasa kuliah di Australia itu di Kafe Olivier.

Beredar rekaman percakapan polisi, ayah Mirna dan pegawai kopi

Beredar rekaman percakapan polisi, ayah Mirna dan pegawai kopi


Beredar rekaman percakapan polisi, ayah Mirna dan pegawai kopiReka ulang kasus Mirna. ©2016 merdeka.com/arie basuki


Merdeka.com - Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Krishna Murti enggan menanggapi soal transkip rekaman yang tersebar di media mengenai kematian Wayan Mirna Salihin (27). Dalam transkip tersebut terdapat tiga orang.

Rekaman percakapan tersebut diduga ayah Mirna, Penyidik kepolisian dan pegawai kafe sedang membicarakan mengenai rekaman CCTV ketika Mirna tewas.

"Saya tidak mau komentar soal itu. Percakapan itu bisa benar dan bisa salah," kata Krishna kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya.

Berikut adalah isi rekaman tersebut:

Diduga suara ayah Mirna : Yang dia taruh di bag itu, kayak dialingin (halangin) gitu?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Itu belum sampai situ.

Diduga suara ayah Mirna : Oh belum sampai situ.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Kemudian minuman ini datang, diantar oleh staf kita. Karena sebelum diantar ke mejanya, dia kan datang pesan sendiri, tapi dia mau langsung tutup bill, "Saya mau bayar sekarang." Padahal minumannya saja belum dia buat. Dia mau langsung tutup bill.

Diduga suara penyidik : Yang mau tutup bill ini siapa? Si jessica?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Si jessica. Dia mau bayar langsung. Salah satu staf kita mungkin ada pertanyaan atau apa. Mungkin bertanya, dia (Jessica) bilang, "Saya mau traktir teman saya, kasih surprise."

Diduga suara ayah Mirna : Saya mau tanya satu, boleh ya pak? Proses pembuatan kopi itu sebenernya yang buat siapa?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Rangga.

Diduga suara ayah Mirna : Total dari pertama buat sampai selesai kopinya Rangga?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Oh iya, kopinya.

Diduga suara ayah Mirna : Nanti Rangga kamu siapin ya.

Diduga suara penyidik 2 : Sudah sudah (disiapin). Sudah di-BAP.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Penyajiannya di depan tamunya Pak. Karena dari bar itu standart kita itu cukup cuma menyediakan susu, es batu dan kopi.

Diduga suara penyidik : It's oke. Saya sudah tau. Menurut keterangan Bapak, katanya ada jessica yang ngelola (minuman) sendiri ya Pak?

Diduga suara ayah Mirna : Bukan, bukan. Ngaduknya itu musti tamu.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Itu beda lagi. Kemudian dia minta tutup bill, dia datang lagi ke area kasir untuk bayar padahal minumannya belum jadi, belum dibuat. Yang mana itu jarang sekali terjadi. Kemudian dia kembali ke table, minumannya datang. Dia sudah memposisikan minuman ini ditempatnya masing-masing. Kemudian dia taruh belanjaannya dia.
Diduga suara penyidik : Oh sudah diatur? Mestinya dia taruh di bawah dong?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Iya, sofanya gede sekali.

Diduga suara penyidik : Berarti sudah disetting sama dia penempatannya kursi-kursi? Gelasnya permasing
-masing kursi?

Diduga suara penyidik 3 : Ya dengerin dulu. Jangan comment dulu.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Itulah kesulitan kita. Makanya kita nggak tahu itu apa yang dimasukin ke situ (minuman). Karena dia menghalangi CCTV.

Diduga suara penyidik : Ngehalangin gelas?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : CCTVnya jadi nggak bisa nyorot.

Diduga suara penyidik : Jadi handbagnya itu ngalangin CCTV?

Diduga suara ayah Mirna : Maksudnya dengan menghalangi CCTV itu dia taruh atau tidak taruh itu sudah modus.

Diduga suara penyidik : Ya betul, Pak.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Setelah itu dia (Jessica)beraktifitas sendiri dengan minumannya. Dia taruh di bawah bagnya, kemudian dia berubah pikiran. Taruhnya di belakang lagi. Nah ini nggak tahu nih maksudnya apa, tujuannya apa. Karena di belakangnya itu ada tanaman lalu ada space. Mungkin nanti kalau lihat TKP-nya bisa dicek.

Diduga suara ayah Mirna : Setelah dia kerja beres, baru dipindahin lagi? Terus dia takut, dipindahin lagi?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Nggak tahu. Kemudian datang mbak Mirna dan mbak Hani jam 17.25.

Diduga suara ayah Mirna : Kita mau recover nama baik you.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Oke lah sekitar setengah 6 kita lihat, Mbak hani dengan Mbak Mirna datang. Kemudian sudah disetting duduknya. Kelihatannya sudah diatur. Minumannya sudah sejam kayanya juga esnya sudah mencair. Kalau dipegang sudah tidak dingin-dinginnya sama sekali.

Diduga suara ayah Mirna : Stop sampai situ dulu. Sekarang saya tanya kenapa anak saya ngomong "Ini kopi kok baunya jamu? Nggak layak dijual." Terus saya suruh liat mantu saya yang belaga beli itu. Itu sebenarnya saya suruh lihat dulu. Saya suruh beli "Coba lu hans beli dulu, coba cium sama apa ga?" Ternyata lain (baunya). Berarti ini minuman waktu di tangan Jessica sudah dikasih sesuatu sampai bau jamu tadi. Itu pikiran saya sama Komandan. Cuma yang jadi masalah apakah si Rangga ini ada satu lack of something seperti alat pembersih atau cleaner disitu? You nggak berani ya?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Nggak, nggak karena kita pakai standart.

Diduga suara ayah Mirna : Oke pasti you bela diri. Cuma nanti saya mau liat TKP juga. Nggak pernah tuh ya bau jamu.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Tidak ada karena kita tuang air panas di depan tamu. Lalu Mbak Hani sama Mbak Mirna datang duduk di tempat masing-masing. Sudah duduk di tempat masing-masing. Posisi Mbak Mirna di tengah.

Diduga suara penyidik : Waktu datang gimana?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Waktu datang, "Hai", cipika cipiki biasa. Kita lihat biasa saja. Kita nggak lihat langsung itu.

Diduga suara ayah Mirna : Ada yang aneh nggak? Siapa tahu kan lesbian ini.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Oh saya nggak tahu. Lalu mereka duduk.

Diduga suara penyidik : Yang mengarahkan duduk?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Oh yang mengarahkan duduk Jessicanya.

Diduga suara penyidik : Yang ngarahin duduk Jessica? Jadi sudah diblock sama Jessica?

(Mereka memeragakan jesicca bertemu hani dan mirna)

Diduga suara penyidik : Bu Mirna udah kena jaring, dia di tengah.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Ini sudah disediain minuman. Kita nggak tahu percakapannya seperti apa karena di CCTV tidak bisa kedengeran. Dia minum satu shot, "slrup.." gitu. Dia ada penolakan, ada gestur "Apa sih!" Terus mukanya kaya panas gitu. Jadi kita hitung dia sampai 6x melakukan seperti ini. Dia minum sedikit doang. Kemudian dia begini berkali-kali. "Panas...panas...panas..." gitu. Kemudian mungkin dia pikir biasa aja gitu kan. Mbak Hani ini panik.

Diduga suara ayah Mirna : orang bener, orang bener.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Dia tanya "Kenapa?" , (Jessica jawab) "nggak tahu, nggak tahu". Nggak lama kemudian dia collapse, kejang, tangannya kaku. Kemudian staf-staf kita datang.

Diduga suara penyidik : Sebentar, saya mau tanya respon dari pada si Jessica ini saat dia (Mirna) kejang seperti apa?

Diduga suara ayah Mirna : Tenang katanya.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Yang saya lihat, Jessica itu sebelah saya, itu dia tenang sekali menurut saya dibanding satunya yang panik bukan main.

Diduga suara penyidik : Jadi tenang sekali?

Diduga suara ayah Mirna : Termasuk tenang lah itu.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Justru karena kita mau tolong dia (Mirna). Dia (Jessica) block jalan.

Diduga suara penyidik : Tetep dia berdiri disitu?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Sampai kita minta, "Mbak maaf mbak,". Kita mau ke Mbak Mirnanya. "Oh ya silahkan". Yang handle pertama saya, manager, staf.

Diduga suara penyidik : Saat Mbak datang itu masih duduk Jessicanya? Mbak mau nemuin Bu Mirna mesti lewat Jessica dulu kan? Jadi pada saat datang dia masih dalam posisi duduk begitu? Cuek saja gitu?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Masih duduk.

Diduga suara ayah Mirna : Nggakm ada reaksi? Kalau orang kan liat temen gitu pasti mau nolong.

Diduga suara penyidik : Linglung? Ya, begitu pasti sudah berdiri langsung nolong.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Ada satu lagi manager kita berusaha masuk, karena kita mau menyilang badannya dia (Jessica), kita mau nolong nggak bisa. Sampai kita pikir "Please kalau lu nggak mau bantu, keluar dulu (dari meja). Kita mau bantu. Kalo lu nggak mau bantu please diri dulu karena kita mau lewat." Sampai kita bilang "Mbak maaf mbak, kita mau ke sana. Mbaknya boleh berdiri dulu?" Sampai akhirnya dia bilang "Oh ya silahkan". Sekali doang. Kemudian kita tolong karena dia kaku. Saya sempat ambil tisu. Kemudian mba Jessica ini bilang "Ini minumannya campur apa sih?" Trus karena saya denger, saya "Loh kok minuman gitu?". Saya langsung sadar diri, saya ke bar, saya minta minumannya yang tadi diangkat dari meja itu. Saya minta jangan apa2in saya langsung masuk ke dalam saya coba. Saya coba karena ada sedotannya, saya coba ditetesin sedikit. Untung saya tetesin sedikit bukan begini ya.

Diduga suara penyidik : Langsung pengaruh?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Saya tetesin ke ujung lidah, itu lidah saya kebas setengah jam. Saya sempet muntah. Bartender saya, kapten saya sempat coba tapi cobanya begini (menirukan suatu gerakan). Dia muntah.

Diduga suara ayah Mirna : Tapi dia nggak ditelan?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Ngga ditelan saja dia muntah. Ada di mulut, dia nggak telan, dia langsung muntah.

Diduga suara penyidik : Itu rasanya pahit gitu?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Pahit, bau...baunya sangat bau kimia. Lidah saya kebas setengah jam. Jadi saya nggak bisa rasa lidah saya.

Diduga suara ayah Mirna : Itu pasti poison. Kalau lihat dari CCTV itu gerakannya sangat cepat. Itu Mirna kaku cepat sekali makanya saya bilang saya ngeliat CCTV sampai merinding. Hanya hitungannya menit sudah kaku.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Dua menit reaksinya. Kemudian Saya kembali lagi ke table. Oh sebelum kembali ke table, saya sempet ambil tisue mau ngelap busanya.

Diduga suara ayah Mirna : Kenapa anda nggak ada pikiran kasih minum susu banyak?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe: Karena sudah nggak responsif Pak. Sudah begini. Kita takut apa yang dikonsumsi itu masuk paru-paru Langsung masuk paru. Kita ngga mau ambil risiko juga. Karena dia sudah ga responsif dipegang aja sudah nggak bisa..

Diduga suara ayah Mirna : Karena dipikirannya bukan keracunan ya?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Kita dipikiran nggak ada keracunan. Kita pikir, makanya saya sempat tanya Mbak Hani "Mbak maaf boleh telepon keluarganya? Mungkin ada history epilepsi atau minum obat," (Hani jawab) "Saya nggak tahu nomornya, saya nggak tahu keluarganya". (Saksi dari kafe) "Mungkin ada nomor pacarnya atau suaminya?", (Hani jawab) "Oh ya ada suaminya". Mbak hani lah yang telepon suaminya.

Ayah : datang suaminya?

Cwe : blm pak. Jadi selama dia proses tlp ini, kita udah panggil doorman dari GI bawa wheelchair, ini sudah kaku sudah tidak bisa digerakkan. Otomatis kita...

Diduga suara ayah Mirna : Tapi masih hidup toh?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Masih...masih.. Orang dia masih bernafas. Kita minta dia dibawa ke klinik karena lebih baik ditangani oleh yang berpengalaman gitu kan. Oleh dokter. Jadi kita bawa ke klinik. Tapi kaki sudah tidak bisa ditekuk. Kita bantu tekuk, baru bisa dibawa ke klinik. Ditemenin ke bawah.

Diduga suara saksi pria : jadi pas ada reaksi seperti itu, kan saya juga di belakang restoran, dimana saya dapat laporan ada customer yang lagi sakit. Jadi saya langsung ambil action setahu saya ada klinik di Grand Indonesia. Saya cari ke Pusat Informasi "Tolong dibantu ada dokter nggak. Kalo memang ada dokter tolong dibantu wheelchairnya. Kita pindahkan Mbak Mirna ke kursi roda kita lansung bawa ke klinik. Karena saya yang mengantar sampai klinik. Setelah sampai di klinik baru kita mau angkat dia ke tempat tidur buat di cek dokter, suaminya datang. Dia langsung "Sudah, ke dokter saja.". Saya juga lihat sampai Bu Mirna ini di bawa ke mobil. Cuma oksigen yang dipinjamkan oleh dokter klinik, dokter Yosua. Sudah gitu jalan, saya gatau lagi Pak. Saya kembali ke outlet.

Diduga suara ayah Mirna : Dibawa ke Waluyo, saya sudah tau deh ceritanya.

Diduga suara penyidik : Posisi dibawa ke ambulans itu masih hidup kan?

Diduga suara saksi pria : Masih. Sempet dia masih lihat gitu.

Diduga suara penyidik : Dibawa ke klinik itu Jessicanya gmn?

Diduga suara saksi pria : Masih ada di situ. Saya lihat yang nyupir itu suami korban terakhir, di depannya itu ada Mbak Hani. Jesiccanya di belakang. Dia sempet kebingungan karena kepalanya (Mirna) itu ditaruh di pahanya Mba Jessica karena saya bilang "Itu jangan tiduran. Kalau mau duduk di situ,palanya taruh di atas." Jadi abis itu langsung jalan, kita nggak tahu lagi. Tapi memang saya dengar pihak sekuriti gedung menanyakan data-data. Di situ kita tahu namanya Bu Mirna, dan jessica memberikan nomor Jessica.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Karena setiap reservasi itu selalu kita minta nomor telepon. Jadi kalau jam setengah 8 tidak ada kabar, kita yang telepon sendiri ke Jessicanya.

Senin, 25 Januari 2016

KOS YOGYAKARTA KOTA


KOS DI YOGYAKARTA KOTA 
AREA KRATON 
 HARIAN , MINGGUAN ATAU BULANAN






 Kost yogyakarta kota, kost yogyakarta dengan harga Rp 800.000 dari toko online various-shop, Tangerang. Cari produk produk lainnya lainnya di Tokopedia. Jual beli online aman dan nyaman hanya di Tokopedia.









Sabtu, 23 Januari 2016

FOTO KEBAKARAN DI PUNCAK PASS

Ngeri! Foto-foto Kebakaran Hotel Puncak Pass di Cianjur

Foto kebakaran Hotel Puncak Pass di Kampung Puncak Cipanas Cianjur

Foto kebakaran Hotel Puncak Pass di Kampung Puncak Cipanas Cianjur
POJOKSATU.id, PUNCAK – Kebakaran hebat melanda Hotel Puncak Pass di Kampung Puncak, Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas, Cianjur, Jawa Barat.
Api muncul dari dalam dapur hotel sekitar pukul 04.00 pagi. Saat itu, karyawan Hotel Puncak Pass sedang sibuk memasak sarapan pagi.
Foto kebakaran Hotel Puncak Pass di Cipanas Cianjur

Seorang saksi mata, Trisna Setiawan mengatakan, sebelum kebakaran, terjadi suara ledakan keras di bagian dapur. Diduga, suara ledakan itu berasa dari tabung elpiji.
“Pas lewat mau ke Cianjur, liat api di Hotel Puncak Pass sudah cukup besar. Sempat takut lewat juga. Katanya, ada ledakan keras sebelum kebakaran,” ujar Sutisna (35).
Berikut foto-foto kebakaran Hotel Puncak Pass di Cipanas Cianjur.
Kebakaran Hotel Puncak Pass Cepat Membesar Karena Interior Kayu

Foto kebakaran hotel Puncak Pass Cianjur
Foto kebakaran hotel Puncak Pass Cipanas Cianjur

Foto kebakaran Hotel Puncak Pass di Kampung Puncak Cipanas Cianjur
Foto kebakaran Hotel Puncak Pass di Kampung Puncak Cipanas Cianjur


Foto kebakaran Hotel Puncak Pass di Kampung Puncak Cipanas Cianjur
Foto kebakaran Hotel Puncak Pass di Kampung Puncak Cipanas Cianjur

puncak pass sebelum kebakaran
















PUNCAK PASS KEBAKARAN

Hotel Puncak Pass Ludes Terbakar

TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - Kebakaran meludeskan Hotel Puncak Pass di Jalan Raya Puncak, Kampung Puncak, Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas, Kabupaten CianjurJawa Barat, Sabtu (23/1/2016) dini hari.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Informasi yang dihimpun Tribun Jabar (Tribunnews.com Network)kejadian bermula sekitar pukul 04.10 WIB.
Hotel mayoritas terbuat dari kayu sehingga api cepat menjalar dan menghanguskan semua bagian bagunan.
Di antaranya Lobi hotel, gedung utama, ruang meeting, kamar hotel, restoran, dan dapur hotel.
"Berdasarkan keterangan saksi, api pertama muncul dari bagian dapur hotel," ujar Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Sulistyo Pudjo Hartono, kepada Tribun melalui pesan singkatnya, Sabtu (23/1/2016) pagi.
Menurut Sulistyo, api sudah berhasil dipadamkan. Kerugian masih belum bisa ditaksir. Lokasi kejadian kini dipasangi garis polisi. Anggota polsek dan polres berada di TKP mengamankan lokasi.
"Penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan. Sejumlah saksi sudah dimintai keterangan," kata Sulistyo. Sejauh ini saksi yang pertama melihat api, yakni Ramlan kuswara (31), Suryana (36), dan Cep Yum Yum Abdul Qoyum (37). (cis)

Hotel Puncak Pass Cianjur Terbakar

Hotel Puncak Pass Cianjur Terbakar Hebat, TNI Bantu Evakuasi

Syahdan Alamsyah - detikNews
Hotel Puncak Pass Cianjur Terbakar Hebat, TNI Bantu EvakuasiFoto: Syahdan Alamsyah/detikc
Cianjur - Hotel Puncak Pass di Kampung Puncak, Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas, Cianjur, terbakar hebat. Sejumlah karyawan yang tengah memasak menu sarapan pagi berhamburan keluar, hingga saat ini belum diketahui penyebab api.

Informasi yang diperoleh detikcom Sabtu (23/1/2016), kejadian bermula sekitar pukul 04.10 WIB ketika karyawan di bagian dapur sedang memasak di restoran utama yang menyatu dengan dapur di hotel. Tiba-tiba terdengar suara letupan dan nyala api keluar.

"Api pertama keluar dari arah dapur, karyawan teriak-teriak histeris. Nyala api langsung membakar nyaris semua bagian dapur dan restoran di tempat tersebut," ujar warga setempat Dandi (34).
Foto: Syahdan Alamsyah/detikcom
Menurut Dandi, tak lama setelah kejadian, sejumlah anggota TNI berdatangan ke lokasi karena lokasi kebakaran berdekatan dengan mess Kodam lll Siliwangi. "Ada anggota TNI yang bergerak dan langsung melakukan evakuasi karyawan, tak lama setelah itu muncul mobil pemadam kebakaran dan langsung melakukan pemadaman," lanjutnya.

Hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti kebakaran yang menghanguskan dapur dan resotran di hotel tersebut. Kapolres Cianjur AKBP Asep Guntur Rahayu ketika dihubungi detikcom, mengaku masih melakukan penyelidikan terkait kebakaran tersebut.

Namun saat ini api berhasil dipadamkan setelah dua jam berkobar. Warga banyak yang menyaksikan kebakaran itu. Sementara cuaca di lokasi gerimis.

"Anggota sudah di lokasi dan melakukan penyelidikan, api berhasil dipadamkan sekitar pukul 06.00 WIB," singkat Guntur.
Foto: Syahdan Alamsyah/detikcom