Tanpa bukti yang jelas, sebuah pengakuan tidak bisa dibenarkan. Semua orang sepakat dengan kaidah ini.
Seorang yang mengaku sebagai rasul atau utusan Allah juga harus dengan bukti. Muhammad Saw termasuk di antara manusia yang mengaku rasul yang diutus Allah Tuhan semseta alam kepada segenap manusia. Seperti halnya para nabi dan rasul sebelumnya, dia juga membawa bukti kerasulan berupa mukjizat-mukjizat yang tidak bisa ditandingi dan ditiru oleh orang lain, seperti: memperbanyak makanan yang sedikit sebagaimana yang terjadi saat perang Khandaq (Jawami’ussirah, Ibnu Hazam), mengeluarkan air bersih dari sela-sela jemarinya (riwayat Imam Bukhari, Malik, Ahmad dan Baihaqi), suara tangis tongkatnya yang di dengar oleh para sahabatnya, menghilang dari penglihatan Ummu Jamil saat ingin mencelakainya, dan sebagainya.
Dari sekian mukjizat nabi Muhammad Saw., ada satu mukjizat yang paling besar yaitu kitab suci Al-Qur’an. Di antara alasannya:
1) Di dalam beberapa ayat, Al-Qur’an menantang semua ummat manusia untuk membuat yang semisal dengan Al-Qur’an, namun tidak ada yang bisa melakukannya sampai saat ini walau hanya satu surah yang paling pendek. (QS. Al-Baqarah: 23, QS. Al-Isra’: 88, dan QS. Yunus: 38).
2) Bahasa Al-Qur’annya yang tinggi namun sangat indah, susunannya menakjubkan, isinya padat dan sejalan dengan perkembangan masa, tidak ada pertentangan dan kekeliruan di dalamnya. Semuanya membuktikan bahwa Al-Qur’an memang benar-benar firman Allah Swt yang tidak ada keraguan di dalamnya.
3) Keabadian Al-Qur’an. Al-Qur’an yang sekarang adalah Al-Qur’an yang dahulu. Tidak ada perubahan kata bahkan huruf di dalamnya. Itu karena Allah Swt benar-benar menjaganya dari perubahan, seperti yang dijanjikan-Nya di dalam QS. Al-Hijr: 9.
4) Mukjizat ilmiahnya yang terus-menerus terungkap.
5) Mukjizat Al-Qur’an ini tidak hanya disaksikan oleh orang-orang yang hidup di masa turunnya, tapi juga oleh generasi sesudahnya hingga akhir zaman.
Selain mukjizat, kerasulan nabi Muhammad Saw juga bisa dilihat dari bukti-bulti berikut:
A. Riwayat Hidupnya
Dr. Sa’id Shawabi di dalam buku al-Mu’iin ar-Raa’iq Min Siirati Khairi al-Khalaaiq, Cairo menjelaskan: “…Seandainya Muhammad saw tidak mempunyai mukjizat selain sejarah perjalanan hidupnya, itu sudah cukup (sebagai bukti kerasulannya).” Dia juga menilai bahwa riwayat perjalanan hidup Muhammad saw adalah bukti kerasulannya yang paling besar.
Orang yang mempelajari dan menghayati cara bicara, sifat-sifat, prilaku dan kenyataan hidup yang dilalui oleh Muhammad saw sejak masa lahir hingga akhir hayatnya akan yakin bahwa dia adalah rasul utusan Allah.
Peristiwa yang terjadi di malam kelahirannya, tumbuh dewasanya dalam keadaan yatim di tengah-tengah penduduk negeri yang tidak bisa tulis baca yang menyembah patung-patung yang mereka buat sendiri, ketidakmampuannya dalam hal tulis baca, dan kebutaanya terhadap Alkitab (taurat dan Injil)… Semuanya menjadi bukti kerasulan dan kebenaran yang dia ajarkan.
Karena ketulusan, kejujuran dan kebaikan akhlaknya, penduduk Makkah telah memberinya gelar Al-Amien (yang terpercaya).
Inilah pengakuan penduduk Makkah di bukit Shafa, menjelang detik-detik pendeklarasiannya sebagai rasul utusan Allah kepada ummat manusia: “Kami tidak pernah mendapatkanmu kecuali benar.” (Imam Bukhari, Muslim dan Tirmidzi dari Ibnu Abbas).
B. Beberapa saksi dan Peristiwa Ajaib di Masa Pra Kerasulan (irhash)
Antara lain:
1. Peristiwa yang mengiringi malam kelahiran Muhammad saw.
a. Kesaksian pedagang Yahudi Makkah dan Yahudi penduduk Yatsrib
Berikut intisari riwayat Hakim dari Aisyah ra: “Ada seorang pedagang Yahudi yang tinggal di Makkah. Pada malam kelahiran Rasulullah, dia bertanya di perkumpulan orang-orang Quraisy: Apakah ada anak yang lahir di antara kalian malam ini? Mereka menjawab: kami tidak tahu….
Si Yahudi menjelaskan: Pada malam ini lahir Nabi terakhir ummat ini, Ahmad (yang terpuji). Kalau kalian salah, berarti dia (lahir) di Palestina. Di antara dua pundaknya ada tahi lalat hitam kekuningan….
Setelah mereka pulang ke rumah masing-masing, sebahagian dapat kabar bahwa di malam itu lahir seorang anak dari Abdullah bin Abdul Muthalib yang diberi nama Muhammad.
Besoknya mereka bersama si Yahudi mendatangi bayi tersebut. Saat melihat tahi lalat di belakangnya si Yahudi langsung pingsan. Setelah siuman, orang-orang Quraisy bertanya: Ada apa denganmu? Jawabnya: Kenabian telah hilang dari bani Israel, al-Kitab telah lepas dari tangan mereka….
Tentang kesaksian Yahudi Yatsrib, Ibnu Ishak meriwayatkan dengan nara sumber dari Hassan bin Tsabit: “Saat saya masih kecil berusia tujuh atau delapan tahun dan sudah punya ingatan, seorang Yahudi berteriak keras di bangunan yang tinggi di Yatsrib (sekarang Madinah): “Hai orang-orang Yahudi…!”
Setelah orang-orang berkumpul, mereka bertanya: “Ada apa, kenapa?“ Jawabnya: “Malam ini telah muncul bintang tanda kelahiran Ahmad.”
Ibnu Ishak bertanya kepada anak Hassan bin Tsabit: “Berapa usia Hassan bin Tsabit saat kedatangan Rasulullah saw ke Madinah?” Dia menjawab: 60 tahun, dan Rasulullah saw di waktu itu 53 tahun.
b. Peristiwa di Persia.
Makhzum bin Hani’ meriwayatkan dari ayahnya: Di malam kelahiran Rasulullah saw, istana Kisra hancur, empat belas berandanya runtuh, api Persia (sembahan orang-orang Majusi) yang tidak pernah padam selama seribu tahun menjadi padam, danau Sawah menyurut….
2. Keberkahan hidup Halimah Assa’diyah
Dia adalah ibu susuan Muhammad saw. Air susunya yang semula sangat sedikit menjadi deras, himar kendaraannya yang lambat menjadi cepat, kambing gembalaannya memiliki air susu yang banyak, tanahnya juga menjadi subur dan cepat berbuah (HR. Ibnu Hibban dan Hakim dalam sebuah hadits yang panjang).
3. Pembedahan dadanya oleh malaikat Jibril di saat kecil
Di dalam Hadits shohih yang diriwayatkan oleh Muslim dari Anas disebutkan: Saat sedang bermain dengan anak-anak, Jibril datang mengambil Muhammad lalu membantingnya dan membedah dadanya. Kemudian dia menegluarkan segumpal darah darinya sambil berkata: "Ini adalah bagian dari syetan…" Lalu dia mencucinya di dalam bejana emas berisi air zam-zam. Kemudian menyatukan dan mengembalikannya ke tempat semula.
4. Awan menaungi perjalanannya
Rahib Bahira terheran-heran melihat sebuah kafilah dagang yang datang dari Makkah, kafilah ini sudah sering lewat, tapi kali ini tidak seperti biasanya. Di atas mereka ada awan yang menaungi perjalanan mereka. Ketika mereka berhenti di bawah sebuah pohon, awan itu pun berhenti. Pendeta ini memandangi rombongan ini seakan mencari sesuatu dari mereka. Dia mendekat, lalu memegang tangan Muhammad saw yang masih anak-anak sambil berkata: “Ini adalah pemimpin dunia dan rasul Tuhan semesta alam, Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi alam semesta”
Beberapa sesepuh Quraisy bertanya: “Engkau tahu dari mana?”
“Saat kalian datang, pohon dan batu menunduk sujud. Kedua-duanya tidak sujud (kepada manusia) selain kepada seorang nabi. Dan saya juga mengetahui dia (sebagai nabi) dari khatam an-nubuwah yang ada di pundaknya….” (HR. Tirmidzi dan Hakim).
Keajaiban awan ini sangat masyhur dan telah disaksikan oleh banyak orang termasuk Maisarah di saat pergi bersama Muhammad saw ke daerah Syam membawa dagangan Khadijah, demikian juga Khadijah, pembantu-pembantu wanitanya, dan lainnya.
5. Rahim Khadijah yang berusia 40 tahun menjadi subur
Nabi Muhammad saw menikah di usia yang ke 25 dengan Khadijah yang berusia 40 tahun. Seperti biasanya, usia 40 tahun adalah batas masa kesuburan perempuan. Namun ketika menikah dengan Muhammad saw, justru rahim Khadijah ra menjadi semakin subur. Dari hasil perkawinan yang berkah ini, lahir 6 orang anak yaitu: Qasim, Ummu kultsum, Ruqayyah, Zainab, Fathimah. dan Abdullah (Kitab Fathul Bari, Ibnu Hajar dan Sirah Nabawiyah, Ibnu Katsir).
C. Tanda Kenabian yang Ada di Antara Dua Pundaknya
Tanda kenabian yang satu ini disebut dengan khatam an-nubuwah yang dia bawa sejak lahir. Khatam an-nubuwah artinya stempel kenabian. Di dalam riwayat Hakim disebutkan tanda ini adalah tahi lalat berwarna hitam kekuning-kuningan. Sebahagian ulama mengatakan disitu tertulis "محمد رسول الله" (Muhammad rasul utusan Allah).
Selain keajaiban awan, tanda ini telah membuat pendeta Bahira menyuruh Abu Thalib yang sedang berdagang di Syam untuk segera membawa Muhammad saw pulang ke Makkah. Sebab, dia khawatir jika orang-orang Yahudi yang mengetahuinya akan membunuhnya karena iri. (Uyuun al-Atsar, juz 1).
Tanda ini juga yang dicari oleh seorang shahabat berkebangsaan Persia, Salman Alfarisy atas wasiat dari seorang pendeta kristen Umuriyah, Wilayah Romawi. (Siirah Nabawiyah Juz 1, Ibnu Katsier).
Tanda ini pula yang diselidiki oleh Tanukhi atas perintah raja Romawi Timur, yang pada akhirnya membuatnya masuk Islam (HR. Ahmad).
D. Kabar Para Nabi dan Kitab-kitab Sebelumnya
Berita kerasulan Muhammad saw yang disampaikan oleh pedagang Yahudi di Makkah, penduduk Yahudi Madinah, pendeta Bahira di wilayah Syam dan pendeta Waraqah bin Naufal di Makkah mengisayaratkan adanya kabar tersebut dari kitab dan para nabi dahulu. Tanda-tanda kerasulan Muhammad saw yang diselidiki oleh Salman Al-Farisy atas wasiat seorang pendeta kristen Umuriyah dan oleh Tanukhi, utusan raja Romawi Timur di saat itu, juga semakin memperjelas masalah ini. Namun karena disinyalir kitab-kitab terdahulu ini telah banyak dirubah oleh tangan-tangan manusia, berita kerasulan tersebut hampir tidak ditemukan lagi sekarang ini.
Tentang adanya pemberitaan dari Nabi Isa as, Allah Swt menegaskan di dalam Al-Qur’an:
“Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah rasul utusan Allah kepada kalian, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang sesudahku yang namanya Ahmad (Muhammad).” (QS. Ash-Shaf: 6).
Wallahu a'lam bishshawab.
- Disusun oleh: Ihsan AM. Hasibuan, Mahasiswa fakultas Ushuluddin jurusan tafsir, Universitas Al-Azhar Kairo.
- Sumber: http://amanhasibuan.blogspot.com/
Selasa, 23 Maret 2010
Bukti Kerasulan Nabi Muhammad Saw
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar