Reformasi Global dari Gua Hira
Gua Hira yang terletak di perbukitan Jabal Nur merupakan lokasi pertama Rasulullah SAW dalam memikirkan kondisi kaumnya (Quraisy) yang jahiliyah. Kondisi kaumnya yang suka mabuk-mabukan, berzina, hingga membunuh anak kandung sendiri, membuat Muhammad sedih.
Kondisi kaum Quraisy ketika itu sudah sangat buruk dan sangat memprihatinkan. Mereka telah mempertuhankan berhala-berhala yang mereka buat sendiri. Berhala-berhala itu dipuja dan disembah. Mereka meminta kepada berhala-berhala itu karena dianggap sebagai penolong mereka.
Karena itulah, melihat kondisi buruk kaumnya ini, Muhammad bin Abdullah yang terkenal sebagai pria yang jujur (Al-Amin) pergi mengasingkan diri dari kehidupan kaumnya yang nista. Muhammad mencari petunjuk dalam upaya memperbaiki kehidupan kaumnya. Selama tiga tahun berturut-turut pada bulan Ramadhan, Muhammad bertafakur di Gua Hira yang berada di timur laut Kota Makkah, di pinggir jalan menunju Ji’ranah.
Ia menjadi seorang pencari kebenaran sejati (the seeker of truth). Muhammad senantiasa memikirkan keadaan kaumnya yang sudah melupakan ajaran Nabi Ibrahim al-Khalil. Di tempat sempit itulah, Muhammad berkhalwat: mengasingkan diri dari kehidupan duniawi dan mencari hakikat kebenaran.
Budaya berkhalwat ini sebenarnya juga menjadi kebiasaan orang-orang Arab. Mereka melakukan hal itu untuk mencari kebenaran dan petunjuk dari yang Mahagaib.
Ketika tiba masanya, dalam tahannuts-nya di Gua Hira, Allah mewahyukan manusia yang ummi ini untuk menjadi Rasul-Nya dalam memperbaiki kondisi moral kaum Quraisy yang sangat buruk.
Tak hanya bagi kaum Quraisy, Muhammad SAW diutus oleh Allah untuk memperbaiki kehidupan akhlak seluruh umat manusia. Dari Gua Hira-lah semuanya bermula. Dari tempat yang sempit di pegunungan Jabal Nur, reformasi global dilakukan. Seluruh umat manusia, baik keturunan Arab maupun ‘Ajam (non-Arab), diserukan untuk menyembah Allah, mengerjakan perbuatan baik (ma’ruf), dan menjauhi perbuatan mungkar. sya/berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar