Minggu, 13 Desember 2009

DEJARAH KONFLIK ISRAEL - PALESTINA

Konflik Palestina – Israel menurut sejarah sudah 31 tahun ketika pada tahun 1967 Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania).. Sampai sekarang perdamaian sepertinya jauh dari harapan. Ditambah lagi terjadi ketidaksepakatan tentang masa depan Palestina dan hubungannya dengan Israel di antara faksi-faksi di Palestina sendiri. Tulisan ini dimaksudkan sebagai pengingat sekaligus upaya membuka pemahaman kita mengenai latar belakang sejarah sebab terjadinya konflik ini.

2000 SM – 1500 SM
Istri Nabi Ibrahim A.s., Siti Hajar mempunyai anak Nabi Ismail A.s. (bapaknya bangsa Arab) dan Siti Sarah mempunyai anak Nabi Ishak A.s. yang kemudian mempunyai anak Nabi Ya’qub A.s. alias Israel (Israil, Qur’an). Anak keturunannya disebut Bani Israel sebanyak 7 (tujuh) orang. Salah satunya bernama Nabi Yusuf A.s. yang ketika kecil dibuang oleh saudara-saudaranya yang dengki kepadanya. Nasibnya yang baik membawanya ke tanah Mesir dan kemudian dia menjadi bendahara kerajaan Mesir. Ketika masa paceklik, Nabi Ya’qub A.s. beserta saudara-saudara Yusuf bermigrasi ke Mesir. Populasi anak keturunan Israel (Nabi Ya’qub A.s.) membesar.

1550 SM – 1200 SM
Politik di Mesir berubah. Bangsa Israel dianggap sebagai masalah bagi negara Mesir. Banyak dari bangsa Israel yang lebih pintar dari orang asli Mesir dan menguasai perekonomian. Oleh pemerintah Firaun bangsa Israel diturunkan statusnya menjadi budak.

1200 SM – 1100 SM
Nabi Musa A.s. memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, mengembara di gurun Sinai menuju tanah yang dijanjikan, asalkan mereka taat kepada Allah Swt – dikenal dengan cerita Nabi Musa A.s. membelah laut ketika bersama dengan bangsa Israel dikejar-kejar oleh tentara Mesir menyeberangi Laut Merah. Namun saat mereka diperintah untuk memasuki tanah Filistin (Palestina), mereka membandel dan berkata: “Hai, Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi ada orang yang gagah perkasa di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu (Tuhanmu), dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (QS 5:24)

Akibatnya mereka dikutuk oleh Allah Swt dan hanya berputar-putar saja di sekitar Palestina. Belakangan agama yang dibawa Nabi Musa A.s. disebut Yahudi – menurut salah satu marga dari bangsa Israel yang paling banyak keturunannya, yakni Yehuda, dan akhirnya bangsa Israil – tanpa memandang warga negara atau tanah airnya – disebut juga orang-orang Yahudi.

1000 SM – 922 SM
Nabi Daud A.s. (anak Nabi Musa A.s.) mengalahkan Goliath (Jalut, Qur’an) dari Filistin. Palestina berhasil direbut dan Daud dijadikan raja. Wilayah kerajaannya membentang dari tepi sungai Nil hingga sungai Efrat di Iraq. Sekarang ini Yahudi tetap memimpikan kembali kebesaran Israel Raya seperti yang dipimpin raja Daud. Bendera Israel adalah dua garis biru (sungai Nil dan Eufrat) dan Bintang Daud. Kepemimpinan Daud A.s. diteruskan oleh anaknya Nabi Sulaiman A.s. dan Masjidil Aqsa pun dibangun.

922 SM – 800 SM
Sepeninggal Sulaiman A.s., Israel dilanda perang saudara yang berlarut-larut, hingga akhirnya kerajaan itu terbelah menjadi dua, yakni bagian Utara bernama Israel beribukota Samaria dan Selatan bernama Yehuda beribukota Yerusalem.

800 SM – 600 SM
Karena kerajaan Israel sudah terlalu durhaka kepada Allah Swt maka kerajaan tersebut dihancurkan oleh Allah Swt melalui penyerangan kerajaan Asyiria.

“Sesungguhnya Kami telah mengambil kembali perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini hawa nafsu mereka, maka sebagian rasul-rasul itu mereka dustakan atau mereka bunuh.” (QS 5:70)

Hal ini juga bisa dibaca di Injil (Bible) pada Kitab Raja-raja ke-1 14:15 dan Kitab Raja-raja ke-2 17:18.

600 SM – 500 SM
Kerajaan Yehuda dihancurkan lewat tangan Nebukadnezar dari Babylonia. Dalam Injil Kitab Raja-raja ke-2 23:27 dinyatakan bahwa mereka tidak mempunyai hak lagi atas Yerusalem. Mereka diusir dari Yerusalem dan dipenjara di Babylonia.

500 SM – 400 SM
Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan mengijinkan bangsa Israel kembali ke Yerusalem.

330 SM – 322 SM
Israel diduduki Alexander Agung dari Macedonia (Yunani). Ia melakukan hellenisasi terhadap bangsa-bangsa taklukannya. Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi Israel, sehingga nantinya Injil pun ditulis dalam bahasa Yunani dan bukan dalam bahasa Ibrani.

300 SM – 190 SM
Yunani dikalahkan Romawi. Maka Palestina pun dikuasai imperium Romawi.

1 – 100 M
Nabi Isa A.s. / Yesus lahir, kemudian menjadi pemimpin gerakan melawan penguasa Romawi. Namun selain dianggap subversi oleh penguasa Romawi (dengan ancaman hukuman tertinggi yakni dihukum mati di kayu salib), ajaran Yesus sendiri ditolak oleh para Rabbi Yahudi. Namun setelah Isa tiada, bangsa Yahudi memberontak terhadap Romawi.

100 – 300
Pemberontakan berulang. Akibatnya Palestina dihancurkan dan dijadikan area bebas Yahudi. Mereka dideportasi keluar Palestina dan terdiaspora ke segala penjuru imperium Romawi. Namun demikian tetap ada sejumlah kecil pemeluk Yahudi yang tetap bertahan di Palestina. Dengan masuknya Islam kemudian, serta dipakainya bahasa Arab di dalam kehidupan sehari-hari, mereka lambat laun terarabisasi atau bahkan masuk Islam.

313
Pusat kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan agama Kristen dijadikan agama negara.

500 – 600
Nabi Muhammad Saw lahir di tahun 571 M. Bangsa Yahudi merembes ke semenanjung Arabia (di antaranya di Khaibar dan sekitar Madinah), kemudian berimigrasi dalam jumlah besar ke daerah tersebut ketika terjadi perang antara Romawi dengan Persia.

621
Nabi Muhammad Saw melakukan perjalanan ruhani Isra’ dari masjidil Haram di Makkah ke masjidil Aqsa di Palestina dilanjutkan perjalana Mi’raj ke Sidrathul Muntaha (langit lapis ke-7). Rasulullah menetapkan Yerusalem sebagai kota suci ke-3 ummat Islam, dimana sholat di masjidil Aqsa dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid lain selain masjidil Haram di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah. Masjidil Aqsa juga menjadi kiblat umat Islam sebelum dipindah arahnya ke Ka’bah di masjidil Haram, Makkah.

622
Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah dan pendirian negara Islam – yang selanjutnya disebut khilafah. Nabi mengadakan perjanjian dengan bangsa Yahudi yang menjadi penduduk Madinah dan sekitarnya, yang dikenal dengan “Piagam Madinah”.

626
Pengkhianatan Yahudi dalam perang Ahzab (perang parit) dan berarti melanggar Perjanjian Madinah. Sesuai dengan aturan di dalam kitab Taurat mereka sendiri, mereka harus menerima hukuman dibunuh atau diusir.
638
Di bawah pemerintahan Khalifah Umar Ibnu Khattab ra. Seluruh Palestina dimerdekakan dari penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk Palestina, Muslim maupun Non Muslim, hidup aman di bawah pemerintahan khilafah. Kebebasan beragama dijamin sepenuhnya.

700 – 1000
Wilayah Islam meluas dari Asia Tengah, Afrika hingga Spanyol. Di dalamnya, bangsa Yahudi mendapat peluang ekonomi dan intelektual yang sama. Ada beberapa ilmuwan terkenal di dunia Islam yang sesungguhnya adalah orang Yahudi.

1076
Yerusalem dikepung oleh tentara salib dari Eropa. Karena pengkhianatan kaum munafik (sekte Drusiah yang mengaku Islam tetapi ajarannya sesat), pada tahun 1099 M tentara salib berhasil menguasai Yerusalem dan mengangkat seorang raja Kristen. Penjajahan ini berlangsung hingga 1187 M sampai Salahuddin Al-Ayyubi membebaskannya dan setelah itu ummat Islam yang terlena sufisme yang sesat bisa dibangkitkan kembali.

1453
Setelah melalui proses reunifikasi dan revitalisasi wilayah-wilayah khilafah yang tercerai berai setelah hancurnya Baghdad oleh tentara Mongol (1258 M), khilafah Utsmaniah dibawah Muhammad Fatih menaklukan Konstatinopel, dan mewujudkan nubuwwah Rasulullah.

1492
Andalusia sepenuhnya jatuh ke tangan Kristen Spanyol (reconquista). Karena cemas suatu saat umat Islam bisa bangkit lagi, maka terjadi pembunuhan, pengusiran dan pengkristenan massal. Hal ini tidak cuma diarahkan pada Muslim namun juga pada Yahudi. Mereka lari ke wilayah khilafah Utsmaniyah, diantaranya ke Bosnia. Pada 1992 Raja Juan Carlos dari Spanyol secara resmi meminta maaf kepada pemerintah Israel atas holocaust (pemusnahan etnis) 500 tahun sebelumnya. (Tapi tidak permintaan maaf kepada umat Islam).

1500 – 1700
Kebangkitan pemikiran di Eropa, munculnya sekularisme (pemisahan agama / gereja dengan negara), nasionalisme dan kapitalisme. Mulainya kemajuan teknologi moderen di Eropa. Abad penjelajahan samudera dimulai. Mereka mencari jalur perdagangan alternatif ke India dan Cina, tanpa melalui daerah-daerah Islam. Tapi akhirnya mereka didorong oleh semangat kolonialisme dan imperialisme, yakni Gold, Glory dan Gospel. Gold berarti mencari kekayaan di tanah jajahan, Glory artinya mencari kemasyuran di atas bangsa lain dan Gospel (Injil) artinya menyebarkan agama Kristen ke penjuru dunia.
1529
Tentara khilafah berusaha menghentikan arus kolonialisme/imperialisme serta membalas reconquista langsung ke jantung Eropa dengan mengepung Wina, namun gagal. Tahun 1683 M kepungan diulang, dan gagal lagi. Kegagalan ini terutama karena tentara Islam terlalu yakin pada jumlah dan perlengkapannya.

“… yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dan bercerai-berai.” (QS 9:25).

1798
Napoleon berpendapat bahwa bangsa Yahudi bisa diperalat bagi tujuan-tujuan Perancis di Timur Tengah. Wilayah itu secara resmi masih di bawah Khilafah.

1831
Untuk mendukung strategi “devide et impera” Perancis mendukung gerakan nasionalisme Arab, yakni Muhammad Ali di Mesir dan Pasya Basyir di Libanon. Khilafah mulai lemah dirongrong oleh semangat nasionalisme yang menular begitu cepat di tanah Arab.
1835
Sekelompok Yahudi membeli tanah di Palestina, dan lalu mendirikan sekolah Yahudi pertama di sana. Sponsornya adalah milyuder Yahudi di Inggris, Sir Moshe Monteveury, anggota Free Masonry. Ini adalah pertama kalinya sekolah berkurikulum asing di wilayah Khilafah.
1838
Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan Eropa pertama di Palestina.

1849
Kampanye mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina. Pada masa itu jumlah Yahudi di Palestina baru sekitar 12.000 orang. Pada tahun 1948 jumlahnya menjadi 716.700 dan pada tahun 1964 sudah hampir 3 juta orang.
1882
Imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang berselubung agama, simpati dan kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu.

1891
Para penduduk Palestina mengirim petisi ke Khalifah, menuntut dilarangnya imigrasi besar-besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat itu khilafah sudah “sakit-sakitan” (dijuluki “the sick man at Bosporus). Dekadensi pemikiran meluas, walau Sultan Abdul Hamid sempat membuat terobosan dengan memodernisir infrastruktur, termasuk memasang jalur kereta api dari Damaskus ke Madinah via Palestina! Sayang, sebelum selesai, Sultan Abdul Hamid dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim Agung) yang telah dipegaruhi oleh Inggris. Perang Dunia I meletus, dan jalur kereta tersebut dihancurkan.
1897
Theodore Herzl menggelar kongres Zionis sedunia di Basel Swiss. Peserta Kongres I Zionis mengeluarkan resolusi, bahwa umat Yahudi tidaklah sekedar umat beragama, namun adalah bangsa dengan tekad bulat untuk hidup secara berbangsa dan bernegara. Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut tanah air bagi umat Yahudi – walaupun secara rahasia – pada “tanah yang bersejarah bagi mereka”. Sebelumnya Inggris hampir menjanjikan tanah protektorat Uganda atau di Amerika Latin ! Di kongres itu, Herzl menyebut, Zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan penindasan” atas umat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun. Pergerakan ini mengenang kembali bahwa nasib umat Yahudi hanya bisa diselesaikan di tangan umat Yahudi sendiri. Di depan kongres, Herzl berkata, “Dalam 50 tahun akan ada negara Yahudi !” Apa yang direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada tahun 1948.

1916
Perjanjian rahasia Sykes – Picot oleh sekutu (Inggris, Perancis, Rusia) dibuat saat meletusnya Perang Dunia (PD) I, untuk mencengkeram wilayah-wilayah Arab dan Khalifah Utsmaniyah dan membagi-bagi di antara mereka. PD I berakhir dengan kemenangan sekutu, Inggris mendapat kontrol atas Palestina. Di PD I ini, Yahudi Jerman berkomplot dengan Sekutu untuk tujuan mereka sendiri (memiliki pengaruh atau kekuasaan yang lebih besar).
1917
Menlu Inggris keturunan Yahudi, Arthur James Balfour, dalam deklarasi Balfour memberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild, bahwa Inggris akan memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina dalam membantu pembentukan tanah air Yahudi. Lima tahun kemudian Liga Bangsa-bangsa (cikal bakal PBB) memberi mandat kepada Inggris untuk menguasai Palestina.

1938
Nazi Jerman menganggap bahwa pengkhianatan Yahudi Jerman adalah biang keladi kekalahan mereka pada PD I yang telah menghancurkan ekonomi Jerman. Maka mereka perlu “penyelesaian terakhir” (endivsung). Ratusan ribu keturunan Yahudi dikirim ke kamp konsentrasi atau lari ke luar negeri (terutama ke AS). Sebenarnya ada etnis lain serta kaum intelektual yang berbeda politik dengan Nazi yang bernasib sama, namun setelah PD II Yahudi lebih berhasil menjual ceritanya karena menguasai banyak surat kabar atau kantor-kantor berita di dunia.
1944
Partai buruh Inggris yang sedang berkuasa secara terbuka memaparkan politik “membiarkan orang-orang Yahudi terus masuk ke Palestina, jika mereka ingin jadi mayoritas. Masuknya mereka akan mendorong keluarnya pribumi Arab dari sana.” Kondisi Palestina pun memanas.

1947
PBB merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua negara: Arab dan Israel.
1948, 14 Mei.
Sehari sebelum habisnya perwalian Inggris di Palestina, para pemukim Yahudi memproklamirkan kemerdekaan negara Israel. Mereka melakukan agresi bersenjata terhadap rakyat Palestina yang masih lemah, hingga jutaan dari mereka terpaksa mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir dan lain-lain. Palestina Refugees menjadi tema dunia. Namun mereka menolak eksistensi Palestina dan menganggap mereka telah memajukan areal yang semula kosong dan terbelakang. Timbullah perang antara Israel dan negara-negara Arab tetangganya. Namun karena para pemimpin Arab sebenarnya ada di bawah pengaruh Inggris – lihat Imperialisme Perancis dan Inggris di tanah Arab sejak tahun 1798 – maka Israel mudah merebut daerah Arab Palestina yang telah ditetapkan PBB.

1948, 2 Desember
Protes keras Liga Arab atas tindakan AS dan sekutunya berupa dorongan dan fasilitas yang mereka berikan bagi imigrasi zionis ke Palestina. Pada waktu itu, Ikhwanul Muslimin (IM) di bawah Hasan Al-Banna mengirim 10.000 mujahidin untuk berjihad melawan Israel. Usaha ini kandas bukan karena mereka dikalahkan Israel, namun karena Raja Farouk yang korup dari Mesir takut bahwa di dalam negeri IM bisa melakukan kudeta, akibatnya tokoh-tokoh IM dipenjara atau dihukum mati.

1956, 29 Oktober
Israel dibantu Inggris dan Perancis menyerang Sinai untuk menguasai terusan Suez. Pada kurun waktu ini, militer di Yordania menawarkan baiat ke Hizbut Tahrir (salah satu harakah Islam) untuk mendirikan kembali Khilafah. Namun Hizbut Tahrir menolak, karena melihat rakyat belum siap.

1964
Para pemimpin Arab membentuk PLO (Palestine Liberation Organization). Dengan ini secara resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak bangsa Arab-Palestina sendiri, dan tidak lagi urusan umat Islam. Masalah Palestina direduksi menjadi persoalan nasional bangsa Palestina.
1967
Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria selama 6 hari dengan dalih pencegahan, Israel berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania). Israel dengan mudah menghancurkan angkatan udara musuhnya karena dibantu informasi dari CIA (Central Intelligence Agency = Badan Intelijen Pusat milik USA). Sementara itu angkatan udara Mesir ragu membalas serangan Israel, karena Menteri Pertahanan Mesir ikut terbang dan memerintahkan untuk tidak melakukan tembakan selama dia ada di udara.

1967, Nopember
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 242, untuk perintah penarikan mundur Israel dari wilayah yang direbutnya dalam perang 6 hari, pengakuan semua negara di kawasan itu, dan penyelesaian secara adil masalah pengungsi Palestina.

1969
Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai ketua Komite Eksekutif PLO dengan markas di Yordania.
1970
Berbagai pembajakan pesawat sebagai publikasi perjuangan rakyat Palestina membuat PLO dikecam oleh opini dunia, dan Yordania pun dikucilkan. Karena ekonomi Yordania sangat tergantung dari AS, maka akhirnya Raja Husein mengusir markas PLO dari Yordania. Dan akhirnya PLO pindah ke Libanon.

1973, 6 Oktober
Mesir dan Syria menyerang pasukan Israel di Sinai dan dataran tinggi Golan pada hari puasanya Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini dikenal dengan Perang Oktober. Mesir dan Syria hampir menang, kalau Israel tidak tiba-tiba dibantu oleh AS. Presiden Mesir Anwar Sadat terpaksa berkompromi, karena dia cuma siap untuk melawan Israel, namun tidak siap berhadapan dengan AS. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup keran minyak. Akibatnya harga minyak melonjak pesat.

1973, 22 Oktober
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi Nomor 338, untuk gencatan senjata, pelaksanaan resolusi Nomor 242 dan perundingan damai di Timur Tengah.

1977
Pertimbangan ekonomi (perang telah memboroskan kas negara) membuat Anwar Sadat pergi ke Israel tanpa konsultasi dengan Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian, jika Israel mengembalikan seluruh Sinai. Negara-negara Arab merasa dikhianati. Karena langkah politiknya ini, belakangan Anwar Sadat dibunuh pada tahun 1982.

1978, September
Mesir dan Israel menandatangani perjanjian Camp David yang diprakarsai AS. Perjanjian itu menjanjikan otonomi terbatas kepada rakyat Palestina di wilayah-wilayah pendudukan Israel. Sadat dan PM Israel Menachem Begin dianugerahi Nobel Perdamaian 1979. namun Israel tetap menolak perundingan dengan PLO dan PLO menolak otonomi. Belakangan, otonomi versi Camp David ini tidak pernah diwujudkan, demikian juga otonomi versi lainnya. Dan AS sebagai pemrakarsanya juga tidak merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu memveto resolusi PBB yang tidak menguntungkan pihak Israel.

1980
Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim panas 1980 kota Yerussalem yang didudukinya itu resmi sebagai ibukota.

1982
Israel menyerang Libanon dan membantai ribuan pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila. Pelanggaran terhadap batas-batas internasional ini tidak berhasil dibawa ke forum PBB karena – lagi-lagi – veto dari AS. Belakangan Israel juga dengan enaknya melakukan serangkaian pemboman atas instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya dan Tunis.

1987
Intifadhah, perlawanan dengan batu oleh orang-orang Palestina yang tinggal di daerah pendudukan terhadap tentara Israel mulai meledak. Intifadhah ini diprakarsai oleh HAMAS, suatu harakah Islam yang memulai aktivitasnya dengan pendidikan dan sosial.

1988, 15 Nopember
Diumumkan berdirinya negara Palestina di Aljiria, ibu kota Aljazair. Dengan bentuk negara Republik Parlementer. Ditetapkan bahwa Yerussalem Timur sebagai ibukota negara dengan Presiden pertamanya adalah Yasser Arafat.

Setelah Yasser Arafat mangkat kursi presiden diduduki oleh Mahmud Abbas. Dewan Nasional Palestina, yang identik dengan Parlemen Palestina beranggotakan 500 orang.

1988, Desember
AS membenarkan pembukaan dialog dengan PLO setelah Arafat secara tidak langsung mengakui eksistensi Israel dengan menuntut realisasi resolusi PBB Nomor 242 pada waktu memproklamirkan Republik Palestina di pengasingan di Tunis.

1991, Maret
Yasser Arafat menikahi Suha, seorang wanita Kristen. Sebelumnya Arafat selalu mengatakan “menikah dengan revolusi Palestina”.

1993, September
PLO – Israel saling mengakui eksistensi masing-masing dan Israel berjanji memberikan hak otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto Israel adalah “land for peace” (tanah untuk perdamaian). Pengakuan itu dikecam keras oleh pihak ultra-kanan Israel maupun kelompok di Palestina yang tidak setuju. Namun negara-negara Arab (Saudi Arabia, Mesir, Emirat dan Yordania) menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk mendukung perdamaian.

Setelah kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan ke PLO, maka sesuai perjanjian dengan Israel, PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti Israel. Dengan ini maka sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan tangan Yahudi.

Yasser Arafat, Yitzak Rabin dan Shimon Peres mendapat Nobel Perdamaian atas usahanya tersebut.

1995
Rabin dibunuh oleh Yigar Amir, seorang Yahudi fanatik. Sebelumnya, di Hebron, seorang Yahudi fanatik membantai puluhan Muslim yang sedang shalat subuh. Hampir tiap orang dewasa di Israel, laki-laki maupun wanita, pernah mendapat latihan dan melakukan wajib militer. Gerakan Palestina yang menuntut kemerdekaan total menteror ke tengah masyarakat Israel dengan bom “bunuh diri”. Targetnya, menggagalkan usaha perdamaian yang tidak adil itu. Sebenarnya “land for peace” diartikan Israel sebagai “Israel dapat tanah, dan Arab Palestina tidak diganggu (bisa hidup damai).”

1996
Pemilu di Israel dimenangkan secara tipis oleh Netanyahu dari partai kanan, yang berarti kemenangan Yahudi yang anti perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur waktu pelaksanaan perjanjian perdamaian. Ia menolak adanya negara Palestina, agar Palestina tetap sekedar daerah otonom di dalam Israel. Ia bahkan ingin menunggu/menciptakan kontelasi baru (pemukiman Yahudi di daerah pendudukan, bila perlu perluasan hingga ke Syria dan Yordania) untuk sama sekali membuat perjanjian baru.

AS tidak senang bahwa Israel jalan sendiri di luar garis yang ditetapkannya. Namun karena lobby Yahudi di AS terlalu kuat, maka Bill Clinton harus memakai agen-agennya di negara-negara Arab untuk “mengingatkan” si “anak emasnya” ini. Maka sikap negara-negara Arab tiba-tiba kembali memusuhi Israel. Mufti Mesir malah kini memfatwakan jihad terhadap Israel. Sementara itu Uni Eropa (terutama Inggris dan Perancis) juga mencoba “aktif” menjadi penengah, yang sebenarnya juga hanya untuk kepentingan masing-masing dalam rangka menanamkan pengaruhnya di wilayah itu. Mereka juga tidak rela kalau AS “jalan sendiri” tanpa bicara dengan Eropa.

2002 - Sampai sekarang
Sebuah usul perdamaian saat ini adalah Peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002. Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 “reservasi”. Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh “kehadiran sipil dan militer yang permanen” di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan “mengawasi dan mengawal kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut dari Jalur Gaza.” Pemerintah Israel berpendapat bahwa “akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan,” sementara yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa Israel “akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok – artinya, Penghalang Tepi Barat Israel – dan mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini”

Di hari kemenangan Partai Kadima pada pemilu tanggal 28 Maret 2006 di Israel, Ehud Olmert – yang kemudian diangkat sebagai Perdana Menteri Israel menggantikan Ariel Sharon yang berhalangan tetap karena sakit – berpidato. Dalam pidato kemenangan partainya, Olmert berjanji untuk menjadikan Israel negara yang adil, kuat, damai, dan makmur, menghargai hak-hak kaum minoritas, mementingkan pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan serta terutama sekali berjuang untuk mencapai perdamaian yang kekal dan pasti dengan bangsa Palestina. Olmert menyatakan bahwa sebagaimana Israel bersedia berkompromi untuk perdamaian, ia mengharapkan bangsa Palestina pun harus fleksibel dengan posisi mereka. Ia menyatakan bahwa bila Otoritas Palestina, yang kini dipimpin Hamas, menolak mengakui Negara Israel, maka Israel “akan menentukan nasibnya di tangannya sendiri” dan secara langsung menyiratkan aksi sepihak. Masa depan pemerintahan koalisi ini sebagian besar tergantung pada niat baik partai-partai lain untuk bekerja sama dengan perdana menteri yang baru terpilih.

Sementara itu sebelum terjadinya serangan habis-habisan Israel ke Gaza (27/12/2008), sudah terjadi serangan-serangan kecil di antara kedua belah pihak di sekitar Jalur Gaza, disebabkan Israel menutup tempat-tempat penyeberangan atau jalur komersial ke Gaza sehingga pasokan bahan bakar minyak terhenti, yang memaksa satu-satunya pusat pembangkit listrik di Jalur Gaza tutup.

Sebagai catatan akhir, Perdana Menteri Israel setelah Benjamin Netanyahu berutur-turut adalah Ehud Barak, Ariel Sharon, dan yang masih berkuasa di Israel dalam penyerangan di Gaza sekarang adalah Ehud Olmert. Sedangkan 4 faksi utama di Palestina adalah PLO, Al-Fatah, Jihad Islam Palestina (JIP), dan yang berkuasa sekarang di Palestina adalah Hamas dengan Perdana Menterinya Ismail Haniya.

Read More...

ISRAEL NEGARA ZIONIS DENGAN IDEOLOGI RASIALIS


Zionisme dan organisasi semisalnya yang menjadi cikal bakal kelahiran rezim ilegal Israel di tanah Palestina, adalah sebuah gerakan ideologi rasialis, sementara agama hanya dijadikan sebagai alat untuk mendukung merealisasikan cita-citanya. Karena itu wajar jika kaum Zionis tidak pernah menghargai bangsa Arab khususnya Palestina, termasuk mereka yang beragama Yahudi. Sejak berdiri di negeri Palestina, Rezim Zionis telah melakukan berbagai macam kezaliman terhadap bangsa Palestina.

Zionisme terbentuk dari berbagai pemikiran, ideologi dasar, organisasi politik dan sebuah proyek sosial, dengan mencanangkan dua hal yang menjadi cita-citanya. Yaitu, kembali ke negeri yang dijanjikan dan membangun umat Yahudi. Kaum Zionis sejak sekitar 100 tahun lalu, ketika ide pemikiran Zionisme mulai digulirkan berusaha keras untuk mewujudkannya. Hal terbesar yang telah mereka lakukan adalah mendirikan sebuah rezim pemerintahan di negeri Palestina dengan nama Israel tahun 1948.

Lahirnya rezim ini diawali dengan perang yang menyengsarakan rakyat Palestina. Ratusan ribu warga Palestina tewas, terluka dan terusir dari negeri mereka. Semua itu terjadi didepan mata negara-negara adidaya dan sesuai dengan rencana dan skenario yang telah bersama-sama mereka susun. Berdasarkan skenario tersebut, Zionis harus menjadi yang terkuat di kawasan. Untuk itu, segala sarana baik alat-alat militer maupun pengaruh politik gerional dan global harus diperbantukan untuk Israel. Di saat itulah, rakyat Palestina yang tanpa penolong dipaksa mengungsi keluar dari tanah leluhur mereka.

Kisah keterusiran warga Palestina dari negeri mereka juga berusaha disamarkan oleh kaum Zionis. Dengan mendistorsi fakta sejarah, mereka mengatakan bahwa orang-orang Palestina tersebut meninggalkan negeri ini karena terbujuk oleh ajakan para penguasa Arab dan non Arab yang menawarkan perlindungan di luar Palestina. Dengan kata lain, orang-orang Zionis berusaha mengesankan bahwa negeri Palestina adalah negeri tanpa penghuni, sehingga langkah mendirikan negara bernama Israel di negeri ini dapat dibenarkan.

Para pemimpin Rezim Zionis Israel dan para pemikirnya tidak pernah mengakui adanya bangsa bernama Palestina yang hidup di sana. Sebab jika mengakuinya, rezim ini harus memberikan hak-hak kepada orang-orang Palestina sesuai dengan ketentuan internasional. Jika keberadaan rakyat Palestina diakui, berarti Israel harus pula mengakui gerakan perlawanan yang dilakukan para pejuang bangsa ini dalam rangka merebut kembali hak-hak mereka. Hal ini tentu saja bertentangan dengan prinsip dasar ideologi zionisme.

Pengkaburan atau lebih tepatnya distorsi fakta sejarah itu ditentang luas oleh para peneliti independen, bahkan dari dalam Israel sendiri. Eylan Babey, dosen di universitas Haifa Israel mengatakan, dukomen dan data sejarah mengenai perang tahun 1948 membuktikan bahwa orang-orang Zionis telah melakukan pembunuhan massal terhadap rakyat Palestina untuk memaksa mereka keluar dari negeri ini. Kisah Palestina adalah kisah derita dan tragedi.

Dalam melakukan kejahatan terhadap rakyat Palestina sejak tahun 1948 hingga kini, Rezim Zionis dibantu oleh lembaga-lembaga khususnya antara lain Organisasi Zionisme Herzl. Organisasi ini dididirikan tahun 1897 oleh Theodor Herzl jurnalis Yahudi keturunan Hongaria yang tinggal di Swiss. Organisasi Zionisme Herzl dikenal sebagai sebuah organisasi rasialis dan ekstrem. Nama Zionisme diambil dari nama gunung Zion tempat berdirinya kota Beitul Maqdis atau Jerussalem.

Zionisme bentukan Herzl mencita-citakan berdirinya sebuah Negara Yahudi di Palestina dan mendirikan tempat peribadatan Kuil Sulaiman di lokasi tempat Masjidul Aqsha berdiri. Dengan cita-cita tersebut, masyarakat dunia menyematkan label rasisme untuk gerakan Zionisme ini. Apalagi untuk mencapai tujuan dan cita-citanya, Zionisme merasa berhak menggunakan segala cara termasuk cara-cara yang paling tidak manusiawi.

Untuk dapat mencapai cita-cita besar seperti itu, orang-orang Zionis merasa perlu merangkul kekuatan-kekuatan adidaya untuk memperoleh dukungan dan bantuan. Upaya itu dituangkan dalam konferensi Baltimur yang digelar tahun 1942 di Amerika Serikat. AS dipilih sebagai tuan rumah konferensi karena di negara ini, orang-orang Yahudi Zionis memiliki pengaruh dan lobi yang cukup kuat. Lebih dari itu, pada dekade 1940-an, AS telah bersiap-siap untuk memimpin Blok Barat yang kapitalis.

Sejak terbentuk, Organisasi Zionisme Herzl telah menyelenggarakan lima tahap konferensi yang membahas berbagai hal berkenaan dengan gerakan ini. Tahap pertama antara tahun 1897 hingga 1903, tema pembahasan yang diangkat berkenaan dengan masalah keagamaan, kesulitan yang ada dalam mengorganisasi para pemeluk agama Yahudi di seluruh dunia, kajian tentang kondisi Palestina dan pengkaderan.

Tahap kedua antara tahun 1904 hingga tahun 1916 dibahas tentang pragram praktis di Palestina, pengkaderan orang-orang Yahudi dan penyelesaian friksi dan silang pendapat yang ada antara para pemuka dan tokoh politik Zionis. Pada tahap ketiga antara tahun 1917 hingga 1947 pembahasan difokuskan pada masalah perombakan struktur organisasi dan upaya untuk memperluas jaringan sampai ke tingkat internasional.

Tahap keempat antara tahun 1948 sampai 1978 diwarnai dengan masalah perang dengan rakyat Palestina, pembagian negeri ini, pengumuman berdirinya Israel, pengukuhan, pengembangan dan modernisasi program untuk menduduki kota suci Beitul Maqdis atau Jerussalem, serta Judaisasi kota ini. Pada rentang masa tersebut, Rezim Zionis mendatangkan imigran Yahudi dari berbagai negara ke Palestina secara besar-besaran. Antara tahun 1979 hingga saat ini, Zionisme mengagendakan program untuk mengeluarkan Israel dari keterkucilan dan membujuk negara-negara Aran untuk mengakui eksistensinya. Dalam rangka ini Israel berhasil merangkul Mesir lewat Perjanjian Camp David, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) lewat Perjanjian Oslo dan Jordania melalui perjanjian Wadi Arbah. Tidak hanya itu, sejumlah negara Arab juga menjalin kontak dan hubungan terselubung dengan Rezim ini.

Lembaga penting kedua yang mendukung program Zionisme adalah Organisasi Militer Haganah yang didirikan tahun 1921 di kota Beitul Maqdis. Organisasi inilah yang menjadi tulang punggung utama gerakan zionisme setelah membentuk angkatan bersenjata untuk mendukung pembentukan negara Israel. Dengan menjalankan program-program zionisme, barisan tentara ini berkembang dan membesar. Orang-orang Yahudi yang pernah terjun di perang dunia kedua membela Inggris ikut bergabung dalam barisan tentara Haganah. Mereka inilah yang lantas ikut memadamkan api perlawanan rakyat Palestina terhadap penjajahan antara tahun 1936-1939.

Di penghujung dekade 1930-an, Haganah berhasil membentuk regu-regu perang di bawah komando salah seorang perwira militer Inggris. Kelompok ini menjalankan misi meneror dan menumpas gerakan perlawanan rakyat Palestina. Organisasi Haganah juga berhasil membentuk lembaga kepolisian Yahudi dengan jumlah personil yang bertugas sebanyak 22 ribu orang.

Lembaga berikutnya adalah Organisasi Samuel yang dibentuk tahun 1922, oleh Herbert Samuel yang dikenal sangat ekstrem. Organisasi Samuel didirikan untuk membentuk pemerintahan di negeri Palestina bersama dengan lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi Zionis lainnya. Berbekal dukungan dan bantuan Inggris, organisasi-organsasi Zionisme dengan getol menyeru kepada orang-orang yahudi di seluruh dunia untuk berimigrasi ke Israel.

Sebagai pemikir utama organisasi, Samuel menyusun struktur pemerintahan di Palestina sesuai dengan ide imperialisme. Semua posisi penting diserahkan kepada orang-orang Yahudi, sementara untuk merekrut pegawai diupayakan jumlah yahudi jauh lebih besar dari warga Palestina. Padahal sampai tahun 1930, prosentase warga Arab masih 93 persen di Palestina. Samuel juga mengumumkan bahasa Ibrani sebagai bahasa resmi setelah Arab dan Inggris.

Skenario lain yang dijalankan oleh Organisasi Samuel adalah memudahkan imigrasi Yahudi dari negara-negara lain ke Palestina. Dengan meninggikan pajak atas tanah perkebunan, warga Palestina yang bekerja sebagai petani ditekan dan dipaksa untuk menjual tanah mereka. Di masa itu, kaum Zionis mulai mengaku sebagai pemilik laut mati serta menguasai sungai Jordan, Yarmuk, Auja dan danau Tabariya. Organisasi Samuel dalam sebuah aksinya memberikan tanah-tanah milik warga Palestina kepada para imigran Yahudi. Selain itu organisasi ini juga menjual bank Ottoman, satu-satunya bank yang seratus persen sahamnya dimiliki oleh warga Palestina.

Dalam banyak kesempatan, Samuel dengan angkuh mengaku diri sebagai juru bicara umat Yahudi sedunia. Organisasi Yahudi Samuel saat ini bekerja dengan aktif melalui tiga komisi yang berkantor di Beitul Maqdis, London dan New York, tujuannya adalah untuk membantu Israel mewujudkan cita-cita zionisme.

Organisasi Irgun adalah nama kelompok milisi bersenjata Zionis yang dianggotai oleh orang-orang Zionis ekstrem. Kelompok ini ikut membantu koloni Inggris menumpas gerakan perlawanan rakyat Palestina. Milisi Irgun terlibat dalam banyak kasus pembantaian warga Palestina termasuk dalam tragedi pembantaian massal di Deir Yassin tahun 1948.
Organisasi pendukung Zionisme berikutnya adalah organisasi Hashumir yang memanggul senjata dan melakukan berbagai aksi terorisme. Kelahiran keompok ini tahun 1907 dibidani oleh para tokoh Zionis termasuk David Ben Gurion. Ada pula kelompok lainnya bernama Organisasi Hairut yang merupakan pecahan dari Irgun. Menakheem Begin yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Rezim Zionis Israel ikut meramaikan aktivitas kelompok bersenjata Zionis ini.

Lembaga kepolisian pemukiman Zionis Hahayel adalah satu lagi lembaga yang membantu tereliasasinya cita-cita Zionisme. Lembaga kepolisian ini dibentuk pada masa koloni Inggris atas negeri Palestina antara perang Dunia Pertama dan Kedua. Satuan polisi yang dianggotai sekitar 20 ribu personil ini, sebenarnya dibentuk agar bisa dimanfaatkan oleh Inggris dalam perang dunia kedua. Inggris mengizinkan Hahayel untuk merekrut 30 ribu tenaga muda untuk ikut bergabung dalam satuan ini.


Read More...

Rabu, 31 Desember 2008

CAMPAIGN - CONDEMN ISRAELI AGGRESSION IN GAZA






Read More...

Jumat, 31 Oktober 2008

THE NEW WORLD ORDER ....“DEVIL PLAN”

Novus Ordo Seclorum, New World Order, Tata Dunia Baru… Banyak yang telah mendengarnya tapi tak banyak yang dapat mendefinisikannya secara jelas apalagi mengetahui konsep dan operasionalisasinya. Ini tidak lain adalah tipuan pemasaran dengan kata-kata yang positif untuk menyembunyikan rencana jahat di baliknya.


Goerge Bush (bapak) mengumandangkannya secara terbuka pada beberapa tahun lalu, meskipun propaganda itu mungkin telah berlangsung lama. Itu tidak lain merupakan simbol “Illuminati”, kelompok elit yang memiliki rencana besar untuk menguasai dunia ini. Simbol Illuminati itu sendiri dapat kita amati pada lembaran uang satu dollar Amerika. Lambang piramida dengan mata Isis, Dewi Mesir kuno, yang bercahaya di puncak yang mengawasi segalanya. Simbol ini memiliki pesan dan makna tertentu seperti halnya banyak dikupas dalam berbagai teori konspirasi tingkat dunia.


Sepertinya tidak terlalu mengejutkan jika lalu kita mendapati adanya kesamaan dengan lambang resmi MI5, Britain's internal security service, betapa suatu kebetulan! Barangkali, mata satu di puncak piramida ini yang dikutip di dalam kitab-kitab tradisi dan buku-buku yang ditulis oleh penulis-penulis dari jazirah Arab dan Persia sebagai “Dajjal”.


Simbolisme merupakan bahasa misteri, yang mengungkapkan atau bahkan menyembunyikan sesuatu, yang tidak dipahami oleh mereka yang tidak memiliki pengetahuan.

Orang Kristen menggunakan salib, orang Yahudi menggunakan bintang Daud, dan sebagian besar orang menyangka bahwa ‘Bulan Sabit dan Bintang’ merupakan representasi dari simbol Islam, padahal tak ada dasar yang kuat untuk menyebutkan relevansi simbol yang muncul sejak pada masa Bizantium (Konstantinopel) ini dengan Islam, kecuali bahwa Sultan Turki lalu memilihnya sebagai simbol identitas pada sekitar abad 15.


Ajaran Musa, Yesus, dan Muhammad berasal dari Tuhan yang satu, mengajarkan untuk berserah diri kepada Tuhan semata, sebagai jalan hidup (din) yang universal. Tapi di setiap kurun waktu, selalu saja ada musuh nabi-nabi dan Tuhan yang memelencengkan ajaran itu, dan menempatkan tuhan-tuhan lain untuk diabdi.

Din yang diajarkan Musa, Yesus dan Muhammad telah berubah menjadi label-label agama dan sufiisme. Lebih jauh lagi, musuh-musuh itu telah menciptakan sekte-sekte lagi dalam setiap agama apapun dengan “orang-orang suci”nya masing-masing sebagai panutan.


Perpecahan dan kemusyrikan adalah dua sisi mata uang yang membawa kehancuran umat manusia. Berbagai strategi yang digelar oleh Illuminati pada dasarnya akan berakar pada dua hal itu, menjauhkan manusia dari tujuan eksistensinya di dunia ini, yaitu tunduk patuh hanya kepada hukum Tuhan semata, serta menggelincirkan manusia untuk tunduk pada sistem ‘taghut’.


Benih-benih perpecahan, kebencian dan keserakahan dieksploiatasi hingga ke batas maksimumnya. Sistem Tuhan yang anti riba, menghormati hak azasi individu dan menekankan persamaan kedudukan (bebas dari kepentingan rasial dan etnis) telah dibelokkan menjadi ekonomi rente, ketidak-adilan dan supremasi suatu kelompok atas kelompok lain.


Semua dilakukan dengan melalui bisikan-bisikan yang indah berkedok demokrasi, globalisasi dan ‘tatanan baru’ di bawah satu pemerintahan, seperti yang tergambar pada stempel yang mereka ciptakan.

Selain kemungkinan adanya hubungan dengan Firaun di jaman Mesir kuno yang menuhankan diri dan memperhamba bani Israel, lambang piramida itu mengisyaratkan adanya kekuasaan diktatorial, berkedok demokrasi, di bawah satu pemerintahan di puncaknya yang memberikan “cahaya” kepada dunia.

Pucuk kekuasaan inilah yang dikenal dengan Illuminati memiliki arti ‘yang dicerahkan’ atau ‘enlightened’. Illuminati ini disebutkan dalam teori-teori konspirasi sebagai memiliki tentakel-tentakel seperti IMF, World Bank atau WTO dan lebih banyak lagi organisasi yang bergerak di berbagai bidang, mulai perminyakan, teknologi informasi, media massa, dan terutama perbankan dan lembaga-lembaga keuangan.


Struktur organisasi mereka juga memiliki banyak lapisan piramida satu di dalam piramida yang lebih besar, seperti boneka Rusia, satu di dalam yang lainnya. Sedemikian kompleksnya, namun sistematis, sehingga antara fungsi atau fungsionaris operasional satu bisa jadi tidak mengenal fungsi atau fungsionaris operasional lainnya, apalagi bagi kalangan operasional ini untuk mengetahui Strategi Besar di pucuk pimpinan.


Bukan suatu yang tidak mungkin pula bahwa antara “pejuang-pejuang” ignoran penghuni gua-gua di Afghanistan dan serdadu-serdadu pencakar langit yang arogan yang terbang dengan pesawat-pesawat pengebom yang “saling” berperang pada beberapa tahun yang lalu ternyata dimainkan oleh dalang yang sama! Demikian pula dalam sistem kepemimpinan politik di negara adidaya AS, tidak ada perbedaan tentang apakah Partai Republik atau Demokrat yang memegang tampuk kekuasaan di AS, karena di atas mereka hanya ada satu pemegang strategi yang berada di jenjang piramida tertinggi. Seperti sutradara yang dapat memilih jalan ceritanya dengan cerita akhir yang telah di’plot’ dari awal.


Masyarakat dunia kini telah bebas dari penjara berjeruji sebagaimana bentuk imperialisme dan kolonialisme yang mencengkeram umat manusia di masa lalu. Dengan perkembangan teknologi dan kebudayaan yang maju pesat saat ini, melakukan lagi penjajahan seperti di masa lalu hanyalah suatu tindakan konyol yang segera mengundang kecaman dari seluruh dunia. Maka bentuk terbaru penjara tanpa terali telah dikembangkan untuk diterapkan di era globalisasi ini. Saat ini masyarakat suatu negara bahkan tidak sadar bahwa mereka telah berada dalam cengkeraman penjajahan dalam bentuk yang lebih canggih dan ‘halus’ ini.


Penjajahan yang ‘beradab’ ini bahkan dilakukan oleh lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi, perusahaan-perusahaan yang bersifat formal dan bonafid dengan program-program yang memiliki tujuan ‘mulia’, seperti bail out, hibah, bantuan teknis, pendidikan, konsultansi, riset hingga kerjasama militer.


Berbagai strategi dilaksanakan pada tingkat operasional yang terkadang saling bertentangan tetapi sebetulnya telah diperhitungkan untuk menunjang strategi yang lebih besar.

Penggantian kepala negara Afrika Selatan kepada seorang Nelson Mandela yang berkulit hitam adalah salah satu contoh.

Penggantian itu serta merta telah menyelesaikan persoalan ‘apharteid’ yang berlarut-larut dan secara tidak langsung merongrong operasi mereka di wilayah itu. Kini, mereka dapat beroperasi dengan lebih tenang sambil mengeruk kekayaan Afrika di bidang pertambangan, dengan tanpa terjadinya perubahan nasib secara berati bagi masyarakat kulit hitam.

Sebagian besar rakyat Afrika Selatan masih tetap saja terpuruk menjadi warga kelas dua.

Provokasi terhadap Irak untuk menyerang Kuwait pada dekade lalu, dan juga penyerangan gedung WTC New York dan Pentagon oleh “Al-Qaida” baru-baru ini adalah contoh lainnya lagi tentang bagaimana strategi semacam itu dilakukan.


Aneka hiburan, berbagai atraksi eksotis dan bahkan dogma-dogma keagamaan serta doktrin akan munculnya penyelamat dunia di akhir jaman sengaja ditiupkan dan ditanamkan ke masyarakat dunia yang tidak lain hanyalah untuk menutupi gerak langkah mereka serta menghipnotis manusia dari realitas yang sebenarnya dan untuk menjauhkan dari upaya umat manusia untuk mengubah keadaan.


Hampir setiap umat beragama dilenakan untuk menanti sang penyelamat dunia yang akan muncul suatu saat nanti, ketimbang menghadapi realitas untuk mengangkat nasibnya sendiri oleh mereka sendiri sekarang juga. Menimbulkan perpecahan, konflik dan sentimen antar golongan, agama, bangsa serta atribut sektarian lainnya adalah juga menjadi pelengkap dari strategi utama kolonialisme dan imperialisme baru ini.


The New World Order (NWO) hanyalah merupakan nama keren untuk menyebut Tata Dunia di bawah Hegemoni Zionis-Yahudi. Saat ini kita harus mengakui, pencapaian mereka untuk NWO nyaris final. Coba Anda sebutkan satu bidang kehidupan, misal politik, ekonomi, hiburan, media massa, atau militer, semuanya sudah berada di dalam genggaman jaringan Yahudi Internasional. Saat ini, tidak ada satu pun sisi kehidupan umat manusia yang bisa bebas dari pengaruh kaum penyembah Lucifer ini.


Namun alhamdulillah. Umat Islam masih punya satu bidang kehidupan yang sampai sekarang masih kebal terhadap pengaruh Yahudi tersebut, yaitu Iman Islam. Iman Islam yang lurus tentunya. Iman Islam yang berani mengatakan kebenaran walau banyak dicaci maki manusia. Iman Islam yang berani menyatakan sesuatu yang salah itu salah dan membela yang benar jika memang benar, walau mungkin dia berjuang sendirian untuk keyakinannya.


Iman Islam yang tidak goyah oleh kenikmatan dan kenyamanan dunia. Iman Islam yang teguh yang menganggap kemenangan bukanlah diukur dari seberapa banyak fasilitas dan kekuasaan dunia bisa diperoleh, namun dilihat dari seberapa banyak nilai-nilai Islam mewarnai kehidupan umat manusia.


Yahudi Internasional dengan segala kekuatannya tidak akan mampu mewarnai pribadi-pribadi lurus dan bersih seperti itu. Yang ditakuti Yahudi Internasional hanyalah satu: Muslim yang lebih mencintai akherat ketimbang dunia. Muslim yang lebih rindu syahid ketimbang rindu jadi caleg atau presiden. Muslim yang lebih mencintai saudara-saudaranya yang hanif ketimbang orang-orang yang tidak jelas akidahnya.


Muslim yang bangga dengan keislamannya sehingga tidak rela menukar simbol-simbol Islam dengan simbol-simbol lain. Muslim yang tetap teguh menyapa saudara-saudaranya dengan Salam ketimbang berteriak ‘Merdeka!’. Muslim yang lebih mencintai Sunnah Rasulullah ketimbang Sunnah Yahudi.


Satu-satunya yang ditakuti Yahudi Internasional adalah perkataan JIHAD. Tentu bukan dalam artian mengebom ke sana-ke mari tanpa tujuan yang jelas sembari menyenangkan syaikh-syaikh Saudi yang notabene sahabat dari orang-orang kaya Yahudi di AS.


Anda harus tahu, walau sudah memiliki kekuatan yang hebat dan dahsyat. Yahudi sesungguhnya tahu (dan juga sangat takut) bahwa di hari akhir nanti umat Islam akan memerangi mereka, seluruh alam akan memerangi mereka sehingga batu pun bicara untuk menunjuki tempat persembunyian mereka, kecuali satu yang menolong mereka: Pohon Ghorqod.

Sebab itu, sejak bertahun-tahun lalu, di wilayah Palestina yang mereka jajah, digelar program besar-besaran untuk menananmi tanah Palestina dengan pohon Ghorqod. Ini upaya mereka untuk menghadapi hari akhir. Yahudi adalah umat yang sesungguhnya tahu kebenaran, namun tetap mengingkari. Fasik.


Apa yang bisa kita lakukan di zaman sekarang ini? Kembalilah ke Islam. Islam dalam artian sesungguhnya. Bukan Islam yang dikerdilkan sekadar untuk memuaskan musuh-musuh politik.

Bukan Islam yang dibonsai demi mencapai kuota kekuasaan.

Bukan Islam yang mau tunduk pada kemungkaran yang ada di depan matanya. Jadilah pribadi yang lebih mencintai akherat ketimbang dunia. Jadilah pribadi yang berani mengatakan al-haq dan membongkar yang bathil, walau Anda nanti harus sendirian dan dicaci-maki teman-teman sendiri. Jadilah pribadi yang lebih mencintai orang-orang tertindas, kaum dhuafa, fukoro lan masakin, ketimbang berdekat-dekatan dan bermesra-mesraan dengan penguasa, koruptor, perampok uang umat, penipu, dan sebagainya. Jika Anda yakin berada dalam kebenaran, Anda tetap berada dalam jamaah Allah SWT, walau Anda sendirian! Allah SWT itu sendirian, dan kesendirian Allah SWT merupakan kekuatannya.


New World Dis-order
Global grand design yang dirancang AS, menempatkan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia sebagai negara komponen pendukung bagi kepentingannya.
Hal ini paralel dengan konfigurasi multipolarisasi. Namun, sebetulnya sekilas tampak ambigu, sebab, AS lebih menginginkan model uni-polar.

Hasrat menjadi hegemon tunggal, tampak semenjak perang dingin berakhir. Ini juga dapat dilihat dari beberapa peristiwa seperti perang Vietnam, perang Teluk (Iraq-Amerika), dan terakhir perang Afghanistan. Dominasi AS dalam organisasi-organisasi internasional, misalnya PBB begitu kental, dengan memaksa dewan keamanan mengeluarkan resolusinya untuk memerangi terorisme.

Gencarnya kampanye perang melawan terorisme global, mendesak setiap negara untuk menyatakan dukungannya, bahkan RRC sekalipun, demi kepentingan pasar, akhirnya memberi restu, demikian pula Rusia, memastikan di belakang Amerika, karena hubungan yang mulai baik antara keduanya.

Mencermati perkembangan dan perubahan yang terjadi, bisa dikatakan bahwa konsep balance of power yang ingin dibangun pasca perang dingin mengalami dis-orientasi, sebab kenyataannya, AS menjadi satu-satunya kekuatan tak tertandingi sampai kini.

Di samping itu, beredar pula asumsi bahwa, kondisi dunia saat ini tidak sesuai dengan obsesi AS, sebab telah keluar dari prinsip utama AS untuk melindungi semua kepentingan nasionalnya dan mempertahankan AS sebagai pemimpin dunia.



Warren Christopher dalam tulisannya America's Leadership, America's Oppurtunity (Jurnal Foreign Policy No. 95, Spring 1995) mengungkapkan, ada 4 prinsip utama politik luar negeri AS pasca perang dingin.

Pertama: mempertahankan kepemimpinan global AS di bidang politik, keamanan dan ekonomi. Prinsip ini adalah yang terpenting dalam upaya membentuk tata dunia baru yang lebih baik.

Kedua: mempertahankan pola interaksi yang konstruktif dengan negara kuat lainnya, di kawasan Eropa, Asia Pasifik, Timur Tengah dan Amerika Latin, khususnya bagi kepentingan ekonomi AS.

Ketiga: memperkuat institusi-institusi internasional sebagai mekanisme penyelesaian konflik internasional secara damai, dan

Keempat: mensosialisasikan nilai-nilai demokrasi ke seluruh dunia sebagai prasyarat utama terciptanya perdamaian internasional.

Program besaran itu dapat diterjemahkan sebagai strategi politik luar negeri AS. Dalam arti luas, strategi politik luar negeri menurut Lovell (1975) adalah rencana dari suatu negara untuk mencapai kepentingan nasional dengan mencegah aktor negara lain dalam meraih kepentingan tersebut.


Hal ini menjadi relevan, ketika muncul negara-negara "pembelot", sebut saja seperti Iraq dan Korea Utara, yang menentang setiap kebijakan AS. Belum lagi, negara-negara yang secara diam-diam dan pragmatis memanfaatkan AS. Semua itu, menjadi pertimbangan serius bagi AS, untuk mengklasifikasi negara-negara tersebut; musuh, setengah musuh setengah kawan, atau kawan.

Bila penilaian AS, bahwa konstelasi dunia saat ini lebih tidak menguntungkan bagi masa depan keberlangsungannya sebagai pemimpin dunia, maka lambat laun tapi pasti, AS akan melancarkan aksi berikutnya untuk merevolusi dunia. Sebab, AS cenderung menganggap tata dunia yang diinginkan telah gagal, dan menjadi sebuah keniscayaan bahwa isu terorisme sebagai angle yang tepat untuk melakukan itu.

Wallahu’alam bishawab.

(dikutip dari beberapa sumber)


1 komentar:

  1. Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu

    BalasHapus